Buku-buku berikut memperlihatkan perkembangan ide spiritualisme kritis Ayu Utami:

The following books show the development of Ayu Utami's idea on critical spiritualism:

  • Bilangan Fu, 2008

    Dua pemuda pemanjat tebing dan satu gadis terlibat segitiga eros yang halus. Mereka memanjat di petebingan dekat desa Sewugunung di pantai selatan Jawa. Satu kematian terjadi di desa itu, disusul dengan hilangnya jenazah dari makam. Orang desa tradisional percaya bahwa si mati memiliki kesaktian, tapi satu kelompok agama justru menganggap ia musyrik dan mayatnya ditolak bumi. Perseteruan meningkat bersama masuknya perusahaan tambang untuk menggerus pegunungan kapur. Tiga protagonis cerita—Parang Jati, Sandi Yuda, dan Marja—terjebak di sana.
    Istilah spiritualisme kritis pertama muncul di buku ini. Ilham linguistiknya dijelaskan dalam catatan akhir. Dalam cerita, Parang Jati menyatakan cara beriman barunya ini, yang bertentangan dengan lawannya, si pemimpin kelompok agama yang baru kembali ke tanah air. Buku ini mulai ditulis dua tahun setelah peristiwa Bom Bali. Kekerasan atas nama Islam meningkat. Bilangan Fu mencoba tidak melihat akar kekerasan pada Islam secara khusus, melainkan pada segala macam bentuk dogmatisme, yang tak hanya terdapat pada agama tetapi juga pada pandangan-pandangan sekular.

  • The Number Fu

    Two rock climbers and their girlfriend are involved in a soft erotic triangle affair. They are climbing the limestone cliffs not far from Sewu Gunung village on the south coast of Java, when one death occurs in the village, followed by the disappearance of the remains buried. The locals believe that the dead has supernatural powers, but one religious group condemn him as a devil-worshiper whose body is rejected by the earth. A stone mining company, wanting to exploit the limestone hills, intensifies the conflict. The three protagonists—Parang Jati, Sandi Yuda, and Marja—are caught in the conflict.
    Critical spiritualism is first mentioned here. Its linguistic inspiration is explained in the end notes.
    In the story, Parang Jati proclaims his new way of belief, placing him at odds with his rival, a young religious leader who has just come back from abroad. The Number Fu was written two years after the Bali bombings. Violence in the name of Islam was increasing. The Number Fu tries not to search the root of violence within that religion, but within all forms of dogmatism, in religions and the secular views.

  • Pengakuan Eks Parasit Lajang, 2013

    Otobiografi seksualitas dan spiritualitas. Mengambil kisah Taman Eden sebagai metafora kesadaran, buku ini bercerita tentang proses menyadari seksualitas dan spiritualitas diri penulis. Gadis katolik yang tak lagi ke gereja, bercinta dengan pemuda muslim saleh yang selalu ingin menobatkannya, menjadi sedikit liar, sambil terus memikirkan apa sebetulnya cinta dan kehidupan. Perenungannya mengacu pada ideal taman—baik taman di kota masa kecilnya, maupun Taman Firdaus—sebagai nostalgia tentang keutuhan yang kini telah tiada.

  • Confessions of A

    A sexual and spiritual autobiography. Taking the Garden of Eden story as a metaphor for consciousness, this book narrates the development of the writers self-awareness of her sexuality and spirituality. A Catholic girl who leaves the church, she makes love with a devout Moslem boy who tries to convert her, becomes a little wild but never gives up pondering on the meaning of love and life. Her contemplation takes her to return to the ideal garden—the garden of her childhood and the Garden of Paradise—as the nostalgia of a unity no longer exist.

  • Simple Miracles, 2014

    adalah buku pertama dalam seri Spiritualisme Kritis. Seri ini hendak mengundang adanya sikap kritis namun terbuka, melalui kisah-kisah sederhana. Simple Miracles adalah kisah nyata satu keluarga: satu anggotanya dapat berkomunikasi dengan arwah, seorangnya lagi berusaha bersikap kritis namun terbuka terhadap gejala itu. Suatu hari si pelihat menyebutkan jadwal wafat ibunda tercinta, yaitu pukul delapan tiga hari depan. Buku ini bercerita tentang keajaiban-keajaiban sederhana berkenaan dengan doa, kematian, dan arwah; serta bagaimana nalar mencoba memaknainya.

  • Simple Miracles

    is the first book in the Critical Spiritualism series. The series aims at bringing up critical yet open-hearted self-questioning process through easy-reading stories. Simple Miracles is a true story of a family: one of its members has the ability to connect with the spirits, the other one tries to keep critical but open about the phenomena. One day the seer speaks about the death time of their beloved mother, eight o’clock on the next third day.
    This book tells about simple miracles related to prayer, death, and spirits; and how reason try to make sense of them.

* * *

  • Buku-buku Ayu Utami yang lain

    Saman (1998)
    Larung (2001)

    Dwilogi ini belum menyebut spiritualisme kritis. Embrio konsep itu baru muncul sebagai penggarapan atas tema-tema roh halus dan agama berdampingan langsung dengan tema-tema modern dan rasional.

    Saman bercerita tentang empat perempuan kota yang bersahabat sejak kecil dan hubungan mereka dengan Saman, seorang bekas pastor Katolik yang kini menjadi aktivis. Saman diburu oleh aparat rezim militer. Para perempuan dalam cerita ini membantu pelariannya ke luar negeri. Novel ini berlatar Indonesia era Jenderal Soeharto.

    Larung adalah lanjutan Saman. Saman telah tinggal di New York dan bekerja pada Human Rights Watch. Ia menjalin hubungan gelap dengan salah satu dari empat tokoh perempuan. Bersama Yasmin dan Larung mereka hendak menyelamatkan tiga mahasiswa yang akan ditangkap oleh rezim militer. Tapi Larung adalah karakter yang tak bisa diduga sehingga misi itu jadi sangat berbahaya.

    -

    Si Parasit Lajang (2003, diperbarui 2013)
    Cerita Cinta Enrico (2012)
    Pengakuan Eks Parasit Lajang (2013)

    Buku-buku ini bisa disebut “trilogi briogafi”, tapi masing-masing berdiri sendiri sebagai buku. Dua menggambarkan perkembangan pandangan hidup Ayu Utami dan satunya Erik Prasetya (Enrico).

    Tokoh dalam Si Parasit Lajang adalah gadis metropolitan yang tidak mau menikah. Bentuk buku ini adalah gabungan cerita pendek tentang kehidupan sehari-hari, lucu dan ironis, serta kolom opini terutama tentang isu jender dan hak sipil. Si Parasit Lajang menertawakan banyak kemunafikan masyarakat.

    Cerita Cinta Enrico adalah kisah tentang seorang anak laki-laki yang ingin membebaskan diri dari ibunya tetapi ternyata memiliki sejenis kompleks Oedipus. Enrico lahir di Padang ketika terjadi pemberontakan besar pertama di Indonesia, dan ayahnya adalah tentara tergabung dalam pemberontakan itu. Hidupnya berpotongan dengan banyak peristiwa sejarah Indonesia.

    -

    Seri Bilangan Fu:
    Manjali dan Cakrabirawa (2010)
    Lalita (2012)
    Maya (2013)

    Seri Bilangan Fu adalah cerita petualangan tiga tokoh utama Bilangan Fu—Parang Jati, Sandi Yuda, dan Marja. Teka-teki dalam setiap buku berhubungan dengan khazanah pusaka nusantara. Direncanakan ada dua belas buku.

    Manjali dan Cakrabirawa bercerita tentang , pencurian di percandian Jawa Timur, yang terhubung dengan peristiwa pembunuhan perwira komunis di tahun 1966.

    Lalita bercerita tentang seorang ilmuwan Eropa yang beralih minat pada theosofi. Ia pergi ke Indonesia dan hilang di sekitar Borobudur.

    Maya bercerita tentang sebuah batu cincin yang dipercaya memiliki kekuatan gaib. Dipercaya, pemimpin Indonesia harus memilikinya agar kekuasaannya langgeng.

  • Other books of Ayu Utami

    Saman
    Larung

    This “duology” has not mentioned about critical spiritualism. The concept’s embryo appears in the inclusion of ghost stories and religious themes put side by side with modern and rational themes.

    Saman tells stories about four urban middle class women who have been long time best friends, and their connection to Saman, an ex Catholic priest turned activist. Saman is hunted by the military regime. The female characters in this story help him to flee abroad. The novel is set in the era of General Soeharto.


    Larung is the sequel of Saman. Saman has been living in New York and works for the Human Rights Watch. He has a love affair with one of the main female characters. Together with Yasmin and Larung, they are now helping three student activists who have been sought by the military government. Larung is an unpredictable character that poses a danger to the mission.

    -


    The Single Parasit
    Enrico’s Love Story
    The Confession of A

    These three books can be named “biographical trilogy”, though each book can stand on its own. Two of them describe the development of Ayu Utami’s views of life. The other one is about the life of Erik Prasetya (Enrico).

    The Single Parasite’s protagonist is a metropolitan girl who doesn’t want to get married. The book comprises a collection of funny and ironic short stories about daily life and opinion columns especially on gender and civil rights issues. The Single Parasite ridicules different forms of society’s hypocrisy.

    Enrico’s Love Story tells about a boy who wants to free himself from his mother but actually has a kind of Oedipus complex. Enrico is born when the first rebellion is taking place in Indonesia, starting in his town. His father joins the separatist movement. Enrico’s lives intertwined with historical events in Indonesia.


    -

    The Number Fu series:
    Manjali dan Cakrabirawa
    Lalita
    Maya

    The Number Fu series is a series of the adventure of the three protagonist of The Number Fu—Parang Jati, Sandi Yuda, and Marja. The puzzle of each book relates to the cultural heritages of Indonesia. There will be twelve books in plan.

    Manjali and Cakrabirawa tells about a thievery in an old temple in East Java. The incident relates to an assassination of a communist military officer in 1996.

    Lalita tells about the mystery of a European scientist turned theosophist. He moved to Indonesia and went missing around Borobudur.

    Maya’s mystery is centered in a stone ring that is believed to have magical power. Many people believe that Indonesia’s first man should have it in order to keep his power.